Birthday Surprise

Birthday Surprise

“Aku tidak akan sakit gigi lagi, ibu-”

**

Hari valentine adalah hari ulang tahunku. Biasanya aku akan dapat banyak sekali coklat. Dari ibu, dari ayah, dari teman, dan biasanya juga aku akan dapat sepiring kue jahe dan segelas coklat panas dari nenek, tapi nenekku meninggal lima bulan yang lalu, sayang. Aku akan senang sekali di hari itu. Walau kadang ibu memarahiku karena aku tidak membagi coklatku pada siapapun dan besoknya, aku akan sakit gigi.

Hari ini aku berulang tahun yang ke tujuh belas. Aku bangun pagi sekali, jam lima. Setelah itu aku langsung bergegas mandi dan berdandan. Saat aku turun, aku melihat ayah dan ibu sedang sarapan. Hening. Sewaktu aku duduk, mereka malah pergi, baru saja akan kusapa. Mungkin ini rencana, pikirku. Pasti mereka telah menyiapkan pesta kejutan untukku. Dan, bicara tentang kejutan, aku tak suka menggagalkan rencana orang lain, jadi aku diam saja. Dan ya, mungkin tidak mengantarku sekolah juga bagian dari rencana, terpaksa aku harus naik bus. Sial, ayah dan ibu tega sekali.

Sampai di sekolah, buru buru kuperiksa lokerku. Di luar dugaan, hanya ada satu bungkus coklat dan setangkai mawar, dari.. Isaac. Isaac itu, oke. Yah, itu membuatku sedikit kecewa, biasanya Allan dan Gill akan menyimpan hadiah untukku di loker dan sewaktu aku bertanya mereka akan pura pura tidak tau, dasar.

Ah, yang benar saja, semua orang tidak menghiraukanku. Mereka malah bertukar coklat di depanku, apa apaan ini. Allan dan Gill juga tak ada dari tadi, kurasa mereka bolos, jahat sekali, aku sendirian. Alih alih tak ada teman, aku mencoba mencari Isaac, dia beda kelas, omong omong.

Aku melihat Isaac di ruang menari. “Itu salah! Kau harus melakukannya dengan benar, Pi!” ups, dia sedang memarahi seseorang. Baru saja aku akan mengetuk pintunya. “Salah!” woo woo, dia teriak lagi. Oh, kuurungkan saja niatku, dan berlari menuju atap.

Jadi aku di sini, dia atap, menatap makan siang yang aku siapkan di rumah tadi. Bohong sekali kalau semua orang lupa ini hari ulang tahunku, aku bergumam kesal. Mereka pasti menyiapkan sesuatu, pasti. Akan kutunggu sampai malam.

“Aku pulang..!” teriakku. Tak ada jawaban. Tak ada siapapun, lebih tepatnya. Tidak biasanya ibu tak di rumah. Kalau ayah, pasti belum pulang dari kantor. Ingat, Anna, mungkin ini bagian dari rencana. Aku menenggelamkan diriku di sofa, dan, aku ketiduran.

Suara berisik dari pintu garasi membangunkanku. Ayah dan ibu pasti sudah pulang. Mereka masuk dengan, basah kuyup, mungkin sewaktu aku tidur di luar sedang hujan, atau.. Ah entahlah, tak kupikirkan.

“Itu tidak akan merubah apapun, istriku!” itu suara ayah, berteriak. Aku kaget sekali, apa lagi ini?

“Tapi aku harus melakukannya, itu harus-” ibuku, menangis.

“Ada apa ini?!” tanyaku pada ayah, tak ada jawaban.

“Tolong sadarkan dirimu, tolong,”

“HEY! BERITAHU AKU ADA APA INI?! IBU! AYAH!”

Ibu malah menangis lebih keras. Ayah memeluk ibu, “tak ada yang bisa kita lakukan, Anna telah tiada, istriku”

Oh, okay, itu bisa, menjelaskan semuanya, kan. Selamat hari valentine, dan selamat ulang tahun, Anna. “Besok aku tidak akan sakit gigi lagi, ibu”[]

P

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *