“Kedepannya, kamu ingin menikah atau tidak?” suatu hari yang panas, Allan bertanya begitu padaku. Saat itu, aku sedang sibuk dengan tulisanku. Aku sedang mencoba menulis sesuatu yang bagus namun Allan mengganggu imajinasiku.
“Kurasa tidak, sih.” aku menjawab seadanya.
Allan sepertinya tahu kalau aku sedang tidak ingin diganggu, jadi dia hanya meringis sedikit sambil melihatku yang sibuk mencoret kertas. Aku terdiam sebentar dan sadar kalau Allan jarang bertanya kecuali dia sedang ingin mengetahui sesuatu, jadi aku menghentikan pekerjaan menulisku dan mencoba menjawab pertanyaannya dengan serius.
“Kamu tahu kan bagaimana hubungan orang tuaku? Mereka kesulitan sekali karena pernikahan. Bahkan bukan hanya mereka, tapi aku, anaknya pun kesulitan karena itu. Contoh yang kulihat tidak begitu baik, jadi aku pun kurang tertarik. Jadi mungkin, jawabannya tidak.”
Allan tersenyum, “bagus kalau begitu.”
Aku sebenarnya tidak mengerti apa yang dia maksud ‘bagus’, tapi aku sedang tidak ingin bertanya. Saat itu, aku belum terlalu dekat dengan dia. Dulu hubungan kita sebatas teman bicara. Aku butuh teman bicara, begitu pun sebaliknya. Jadi aku memilih untuk menghiraukan perkataannya.
Allan tidak pernah membicarakan tentang temannya. Dia juga tidak pernah membicarakan tentang ketertarikannya atas lawan jenis dan semacamnya. “Aku tidak percaya cinta,” pernah dia bilang itu suatu hari ketika aku sempat bertanya. Saat itu sama sekali belum tersadar olehku bahwa dia akan jadi orang yang kucintai. Saat dia mengatakan itu, aku ingat kalau aku juga menjawab, “ya, sama.”
BAGIAN
Sambutan penulis untuk calon pembaca yang budiman.
Ketika bertemu cinta yang sebenarnya; Manusia akan merasakan tenang dan bahagia.
Ngomong ngomong tentang aku, seberapa banyak yang kamu tau?
“Punya keluarga belum tentu punya siapa siapa,”
Setelah itu baru aku sadar bahwa dunia terlihat sangat menakutkan ketika kita benar-benar sendirian.
“Kita sama sama meluangkan waktu untuk bersiap dan merias diri, lalu sama sama meluangkan waktu untuk pergi kesini. Tindakan kita memiliki arti.”
“Aku tidak percaya cinta,” Ya, sama.
Manusia kadang merasa kecil. Merasa tidak ada hal yang diketahuinya. Merasa jauh dengan dunianya. Merasa bukan siapa siapa, dan tidak punya siapa siapa.
“Aku lebih suka kita berteman, teman akan saling menyayangi karena ingin begitu, bukan harus begitu. Kita memilih untuk menjadi teman.”
“Ya, karena hidup memang tidak adil untuk beberapa manusia.”
Mengapa aku tidak tahu sebelumnya, bahwa ada begitu banyak hal indah di dunia.
“Tapi yang paling aku pahami dari semua itu adalah: Aku bertumbuh.”
Padahal, tidak usah bertanya, karena aku sudah tahu jawaban lelaki itu pasti, aku baik-baik saja kok. Padahal, tidak usah bertanya, karena sebenarnya aku tahu kalau lelaki itu tidak begitu baik-baik saja.
“Aku adalah Ratu Merah yang sudah dikalahkan dunia, dan kamu adalah Aliceku.”
Untuk; Allan