Tidak banyak yang kenal Allan. Seperti yang aku pernah bilang, Ayah, Allan pendiam sekali. Dia punya mata yang tegas namun semakin sayu tiap harinya. Orang akan mengira dia hanya pemabuk jalanan biasa, tidak punya apa-apa, tidak punya siapa-siapa.
Andai ada orang lain yang benar-benar mengenalnya, kurasa mereka akan sangat bangga. Allan adalah orang paling bertanggung jawab terhadap semua hal di hidupnya. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk orang sekitarnya. Dia membantu kakek tua yang mendorong sepeda dengan tumpukan jerami, dia memungut sampah di jalanan dan memilahnya satu persatu, dia menjagaku, menjaga semua orang yang pernah hadir di hidupnya.
Keesokan hari setelah pertemuan di bulan Januari, Allan pergi entah kemana. Dia tidak pernah bercerita tentang tempat yang mau dikunjunginya ataupun teman yang dikenalnya. Aku menunggu pesannya setiap hari, aku juga beberapa kali datang ke tempatnya bekerja dan berharap dia hanya sedang tidak ingin bertemu denganku saja. Tapi, dia tidak pernah datang. Karyawan lain pun tidak tahu kemana dia pergi, dan akhirnya aku sendirian lagi.
Bulan April, seseorang mengirimiku sebuah pesan.
Jika suatu masa para ilmuwan telah membuat suatu alat yang dapat membuat kita merasakan kenikmatan tanpa kesakitan, serangkaian pengalaman hidup yang tidak pasti antara ke atas atau kebawah digantikan dengan pengalaman yang hanya keatas. Apakah anda berminat? Kekurangannya, anda harus meninggalkan dunia nyata.
Aku tahu itu Allan, dia menghubungiku. Berbagai pertanyaan pun datang. Darimana pesan itu di kirim. Apa yang harus aku katakan. Apa jika aku membalas pesan ini dia akan kembali. Maka, dengan ragu ragu, aku mengetik dalam ponselku.
Entahlah, kurasa aku tidak berminat.
Sedih memang memikirkan bahwa hidup itu tidak selalu ke atas, bahwa hidup itu menyakitkan. Tapi apa dengan hidup tanpa kesakitan akan membuat kita selalu bahagia? Kurasa tidak.
Kamu berminat, untuk mesin itu?
Kirim.
Beberapa menit kemudian, masuk satu pesan.
No thank you.
Aku masih di sini Gill, di dunia. Kamu nggak perlu khawatir atau semacamnya.
Kamu ingat Galileo bukan? Puluhan tahun dia dimaki dan dikucilkan, tapi dia tidak apa apa. Aku yakin dia tetap bahagia dengan kebenaran yang dipercayainya.
Begitu pun kamu, Gill. Walaupun tidak bersamaku, aku yakin akan ada waktu di mana kamu akan merasa bahagia. Aku bukannya tidak mau terus disampingmu, tapi aku tidak bisa. Ingat kan, aku adalah Ratu Merah yang sudah dikalahkan dunia, dan kamu adalah Aliceku.
Terima kasih untuk semua waktu yang kamu berikan untuk pertemanan kita. Berbahagialah.
Allan
Pesan perpisahan. Aku tersenyum miris. Bahkan dia tidak meminta maaf. Padahal, aku kan, begitu merindukannya. Aku ingat bahwa dia suka bercanda, jadi kukira ini hanyalah salah satu leluconnya.
Ayah, aku tidak pernah sebersyukur ini ketika mengenal seseorang. Tidak pernah merasa kebahagiaan dekat sekali sampai melihat senyumnya pun sudah terasa amat cukup.
Sampai akhirnya tadi pagi, aku mendapat suatu pesan. Baru ku tahu dari pesan itu bahwa Allan tidak sedang bercanda. Dia mengetahui ada kanker di otaknya bulan Desember lalu, tapi dia justru pergi mencari jalan untuk aku agar bisa bersamamu. Sayang sekali kan, ayah? Dia menghabiskan waktunya dengan penyakit itu hanya untuk mencarimu. Aku tidak tahu apa dia sudah tahu informasi ini, tapi kurasa belum karena aku mendapat pesan ini dari orang lain, bukan dari Allan. Saat itulah aku tahu bahwa Allan sudah tidak ada lagi di dunia, sama sepertimu.
Dulu aku sering sekali memperhatikannya. Tubuhnya yang kurus, rahangnya yang tegas, tidurnya yang kadang mengeluarkan suara aneh, dan cara makannya yang rapi sekali. Tiba tiba kenangan itu menyeruak bak karang yang ditepis ombak. Jauh ke dasar, mengetuk hati dengan kasar. Tiba tiba air keluar dari sudut mataku. Aku tidak tahan, menangis bukan kebiasaanku, maka itu aku tinggalkan. Tapi karena udaranya dingin, dan air mataku terasa hangat, karena itu kuputuskan untuk melanjutkan tangisan.
Ayah, kalau di sana kamu punya waktu luang, kamu bisa minta Tuhan untuk mempertemukanmu dengan Allan. atau kamu bisa tunggu aku menyusulmu, lalu aku akan dengan bangga memperkenalkan dirinya padamu.
Aku yakin kamu juga pasti suka.
BAGIAN
Sambutan penulis untuk calon pembaca yang budiman.
Ketika bertemu cinta yang sebenarnya; Manusia akan merasakan tenang dan bahagia.
Ngomong ngomong tentang aku, seberapa banyak yang kamu tau?
“Punya keluarga belum tentu punya siapa siapa,”
Setelah itu baru aku sadar bahwa dunia terlihat sangat menakutkan ketika kita benar-benar sendirian.
“Kita sama sama meluangkan waktu untuk bersiap dan merias diri, lalu sama sama meluangkan waktu untuk pergi kesini. Tindakan kita memiliki arti.”
“Aku tidak percaya cinta,” Ya, sama.
Manusia kadang merasa kecil. Merasa tidak ada hal yang diketahuinya. Merasa jauh dengan dunianya. Merasa bukan siapa siapa, dan tidak punya siapa siapa.
“Aku lebih suka kita berteman, teman akan saling menyayangi karena ingin begitu, bukan harus begitu. Kita memilih untuk menjadi teman.”
“Ya, karena hidup memang tidak adil untuk beberapa manusia.”
Mengapa aku tidak tahu sebelumnya, bahwa ada begitu banyak hal indah di dunia.
“Tapi yang paling aku pahami dari semua itu adalah: Aku bertumbuh.”
Padahal, tidak usah bertanya, karena aku sudah tahu jawaban lelaki itu pasti, aku baik-baik saja kok. Padahal, tidak usah bertanya, karena sebenarnya aku tahu kalau lelaki itu tidak begitu baik-baik saja.
“Aku adalah Ratu Merah yang sudah dikalahkan dunia, dan kamu adalah Aliceku.”
Untuk; Allan