Beruntung, katamu?

“Hidupku penuh kesialan melebihi yang dapat aku pahami.”

Biasanya setelah menulis, aku akan lupa. Maklum, kepalaku sudah penuh dengan hal hal penting lainnya. Tapi aneh, kalimat itu malah menetap di kepala. Aku merutuki diri sampai berhari hari. Menyayangkan semua hal buruk yang pernah terjadi dalam hidup. Keluarga broken-homeku, finansialku, pendidikanku. Bahkan aku merutuki diri karena tidak juga membuka diri untuk mencari pasangan lagi.

Lalu aku membuka beberapa akun instagram milik teman teman. Ada yang sudah bekerja di perusahaan besar. Ada yang memilih untuk jadi guru. Beberapa terlihat bahagia karena melakukan hal yang disukainya. Beberapa lagi sudah punya anak dan menjalani kehidupan berkeluarga yang bahagia. Beruntung, pikirku.

Kata beruntung dulu jarang sekali aku pakai. Aku merasa semua hal yang kita dapat bukan karena keberuntungan, melainkan karena usaha dan kerja keras. Tapi kemarin, aku sedang merasa bahwa usaha dan kerja kerasku sia sia. Aku rasa hanya dapat sedikit walau yang aku lakukan banyak. Sampai akhirnya kemarin aku kelelahan sendiri dan jadi tidak produktif selama berhari hari.

Saat itulah aku ditampar. Aku diperlihatkan bahwa menjadi orang kaya pun belum tentu bahagia. Mungkin mereka beruntung di beberapa hal, namun punya kesialan juga di hal yang lain. Misalnya, tuntutan. Bahkan bukan cuma keluarga mereka yang menuntut, namun juga kehidupan sosialnya, batinnya. Aku sama sekali tidak terbayang jika punya kehidupan seperti itu.

Lalu lagi-lagi, aku ingat:

Aku dulu sempat tidak punya tempat tidur, tapi beruntungnya ada orang asing yang mau menampungku di rumahnya.

Aku dulu sempat tidak bisa makan, tapi beruntungnya teman temanku datang bawa makanan.

Aku dulu sempat sakit parah dan dirawat di rumah sakit, tapi beruntungnya hal itu kejadian ketika aku punya uang.

Selain itu aku punya keberanian, punya otak yang mau diajak berpikir hal rumit, punya teman yang tidak pernah menuntut apapun.

Dan banyak lagi kejadian kebetulan yang sebenernya terkesan amat, beruntung.

Beberapa hal terjadi dalam hidup. Bahkan kehadiran satu orang asing pun terkadang bisa dibilang sebagai sebuah keberuntungan.

Membandingkan hidup dengan orang lain mungkin tidak akan ada habisnya, karena ya, setiap hidup memang berbeda. Seperti perbandingan angka 12 : 24. Kita bisa sederhanakan dengan bicara 1 : 2, tapi apa 1 dan 2 adalah angka yang sama? Tentu tidak, sampai kapanpun.

Maka malam ini aku tambahkan satu kalimat lagi:

“Hidupku penuh kesialan melebihi yang dapat aku pahami.

Selain itu juga penuh keberuntungan yang tidak banyak orang alami.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *